Kamis, 07 Januari 2010

wadiah

WADIAH

1. Pengertian Wadi’ah
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah, karena dia meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga.

2. Landasan Hukum Wadi’ah
Apabila seseorang menitipkan barang kepada saudaranya, maka ia wajib menerima titipan tersebut, bila ia merasa mampu menjaganya, hal ini termasuk dalam rangka tolong menolong dalam ketakwaan dan kebajikan. Pihak penerima barang titipan wajib mengembalikan titipan kepada pemiliknya kapan saja ia memintanya.
Firman Allah swt
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” (QS An-Nisaa’: 58).
“Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Rabbnya.” (QS Al-Baqarah: 283).
Hadits:
“Abu Huraiarah meriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah bersabda: Sampaikanlah amanat kepada orang yang memberi amanat kepadamu, dan jagan kamu membalas kianat kepada orang yang telah menghianatimu.” (HR. Abu Daud)

3. Rukun Wadiah
Menurut ulama Hanafiah rukun wadiah terdiri dari iajb dan Kabul. Sedangkan menurut jumhur ulama yaitu:
1) Dua orang yang berakat
2) Sesuatu yang dititipkan
3) Sighat dan ijab Kabul

4.Syarat Wadiah
1) Dua orang yang berakad, disyaratjan berakal, baliqh dan cerdas
2) Sesuatu yang dititipkan, disyaratkan berupa harta yang bisa diserah terimakan.
3) Sighat (ijab dan Kabul)

5.Sifat Akad Wadiah
Pada dasarnya, penerima simpanan adalah yad Al-amanah (tangan amanah) artinya ia tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan, akan tetapi dalam aktifitas perekonomian modern, sipenerima simpanan tidak hanya menyimpannya saja namun mempergunakannya dalam aktifitas perekonomian tertentu. Karenanya ia harus meminta izin dari sipemberi titipan untuk kemudian mempergunakanya hartanya tersebut dengan cacatan ia menjamin akan mengembalikan aset tersebut secara utuh. Dengan demikian ia bukan lagi yad Al-Amanah tetapi yad Adh-Dhamanah (tangan penanggung) artinya yang bertanggung jawab atas segala kehilangan/ kerusakan yang terjadi.

6.Prinsip Al-Wadiah pada Perbankan Syariah
Prinsip Al-Wadiah merujuk pada perjanjian dimana pelanggan menyimpan uang di bank dengan tujuan agar bank bertanggungjawab menjaga uang tersebut dan menjamin pengembalian uang tersebut bila terjadi tuntutan dari nasabah. Secara harfiah, Al-wadi'ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.
Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan prinsip wadiah adalah semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut akan menjadi milik bank (demikian pula sebaliknya).
Sebagai imbalan bagi nasabah, si penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap harta dan fasilitas-fasilitas giro lain.
Pada dunia perbankan, insentif atau bonus dapat diberikan dan hal ini menjadi kebijakan dari bank bersangkutan. Hal ini dilakukan sebagai upaya merangsang semangat masya-rakat dalam menabung dan sekaligus sebagai indikator kesehatan bank. Pemberian bonus tidak dilarang dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan secara jumlah tidak ditetapkan dalam nominal atau persentasi.

Terdapat dua model wadiah :
• Wadiah Yad Ad-Dhamanah adalah titipan dimana si penerima titipan dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara keseluruhan setiap saat pada saat dikehendaki pemilik. Pada kasus penitipan uang, uang yang dititipkan akan digabungkan bersama-sama dengan dana nasabah lain dalam pool-of-fund yang dapat digunakan kebutuhan pembiayaan bank syariah kepada nasabahnya. Skim ini yang umum digunakan untuk Giro dan Tabungan tidak berjangka.

Ciri-ciri Wadi’ah Yad Dhamanah adalah sebagai berikut:
a) Penerima titipan adalah dipercaya dan penjamin barang yang dititipkan
b) Harta dalam titipan tidak harus dipisahkan
c) Harta/modal/barang dalam titipan dapat digunakan untuk perdagangan
d) Penerima titipan berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan dalam perdagangan
e) Pemilik harta/modal/ barang dapat menarik kembali titipannya swaktu-waktu.

Terkait dengan Wadiah Yad Ad-Dhamanah, bank syariah mendapatkan manfaat dari penggunaan barang titipan tersebut (uang). Oleh karena itu, bank syariah diperbolehkan membagi keuntungan tersebut sebagai bonus atau hadiah kepada nasabah yang menitipkankan dana dengan skim Wadiah Yad Ad-Dhamanah. Bonus ini terlihat sebagai tambahan yang mirip bunga pada tabungan anak Bapak Suyono.
Perbedaan mendasar antara bonus simpanan wadiah dengan bunga bank konvensional adalah pada bank konvensional dengan sistem bunga, bank menjanjikan suatu nilai tertentu (biasanya dinyatakan dalam prosentasi suku bunga per tahun) untuk nilai uang yang ditabung. Penentuan suku bunga dibuat dengan pedoman dasar harus selalu menguntungkan untuk pihak Bank. Nilai ini harus dipenuhi bank tidak peduli apakah bank rugi atau untung besar.
Meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik, bank tetap hanya akan membayar sejumlah nilai yang dijanjikan. Model simpanan seperti ini dapat merugikan salah satu pihak. Sedangkan, bank syariah tidak menjanjikan bonus untuk nasabah tabungan dengan skim wadiah. Bonus dapat diberikan sesuai kondisi keuangan bank syariah setelah perhitungan dan proses bagi hasil antara bank dan nasabahnya.

• Wadiah Yad Al-Amanah
adalah titipan dimana si penerima titipan tidak diperkenankan memanfaatkan barang titipan dan menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut sepenuhnya setiap saat dibutuhkan para pemiliknya. Penerima titipan tidak bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan dalam memelihara titipan tersebut.Aplikasi Wadiah Yad Al-Amanah antara lain adalah Safe Deposit Box.

Ciri-ciri Wadiah Yad Amanah adalah sebagai berikut:
a) Penerima titipan adalah memperoleh kepercayaan
b) Harta/modal/barang yang berada dalam titipan harus dipisahkan
c) Harta dalam titipan tidak dapat digunakan
d) Penerima titipan tidak mempunyai hak untuk memanfaatkan simpanan
e) Penerima titipan tidak diharuskan mengganti segala resiko kehilangan atau kerusakan harta yang dititipkan kecuali bila kehilangan atau kerusakan itu karena kelalaian penerima titipan.




KESIMPULAN
Dengan apa yang telah saya uraikan diatas, dapat kita simpulkan bahwa dalam melakukan suatu bisnis haruslah memiliki langkah-langkah tersendiri contohnya dalam melakukan akad wadi’ah atau simpanan yaitu perjanjian penitipan dana antara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana titipan tersebut. Al-wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan, prinsip wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain baik perorangan maupun badan hokum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila sipenitip menghendaki.





DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2001
Rozalinda, Fiqh Muamalah, Padang : Hayfa Press, 2005
www.koperasi.com

Selasa, 27 Oktober 2009

Issues in Islamic Banking

Issues in Islamic Banking
The Islamic foundation, Leicester, London, U.K., 1983/1403H, pp.152.
ISBN 0860371174 PbK.
Reviewed: M.N. Mannan
International Centre for Research in Islamic Economics
King Abdul Aziz University, Jeddah, Saudi Arabia
The book contains six papers both published and unpublished and begins with a
survey article on money, banking and monetary policy in which the author has claimed
that he examined critically issues such as demand for money, credit creation, 100%
reserves, discounting, indexation and so on. Then the author provides an "exposition" of
the “mudaraba” and answers the question “why” Islamic economists advocate a change
from interest to profit-sharing which will contribute to allocative efficiency, justice and
stability. On the economics of profit-sharing, the author argues that forces of demand
and supply should determine the ratio of profit-sharing between users and suppliers of
capital. The last chapter offers brief comments on the Report of the Pakistan Council of
Islamic Ideology, 1980. (p. 133).
This collection is an interesting addition to the growing literature on the subject.
The first paper on "Islamic Approaches to Money, Banking and Monetary Policy"
surveys the recent contribution in the field. Its main strength lies in the fact that it is
informative. In most cases, the paper has described, not analyzed the implications of
various viewpoints on some major issues such as creation of credit, discounting future
values, indexation, etc. Thus, contrary to the author's claim, most of the issues have not,
in my view, been critically examined or unfolded. In many cases, it is not at all clear as
to what is the viewpoint of the author who appears to have taken simplistic views on the
highly complex monetary process.
Let me give a few examples. The author appears to assume that value of money will
remain stable once interest rate is abolished and zakah is imposed. Money will then
perform its primary and derivative functions smoothly. (p. 16, para 2, p. 17, para 2).
58 Reviewed: M.N. Mannan
Although abolition of interest and imposition of zakah is expected to contribute to
stability, yet sound economic analysis calls for an examination of the economists'
distinction between two concepts of money (i.e., defined narrowly as either M1 or widely
as M2 or M3). This is needed to understand the changing views on what is money. The fact
is that what is an acceptable medium of exchange has changed and will continue to
change over time. It is to be clearly recognized that stability of money depends not merely
on interest but also on endogenous factors such as level of business activity, level of
expected profit, commercial banks' ability to respond to economic incentives, as well as
exogenous factors such as the control of the central bank.
Despite this inadequate treatment, the author appears to accept the role of money as a
medium of exchange in an Islamic economy. But surprisingly in his treatment of
indexation (p. 44, para 3), the author has relegated the role of money as a medium of
exchange and wants to place currency transaction and commodity transaction on the same
footing. This confusing and contradictory position becomes further complicated when he
tells us that in an inflationary situation indexation of loans gives "a privilege to the
lender" and "this amounts to a gain without risk which runs counter to the basic Islamic
principle in the realm of finance" (p. 44, para 3). Here also the author could not identify
the difference between real value of money and its monetary value. This will remain a
standing puzzle to me. At this stage, it is to be clearly understood that the outcome of
indexation of loans is inherently uncertain; while the indexation of loan can be positive,
negative or equal to principal in money term, not in real term, a pre-determined rate of
interest on loan tends to be always positive in money term.1 Thus interest on loan is a
“gain without risk”. This is what is prohibited in Islam.
Again, on the question of discounting future values, the author appears to have taken
a simplistic view by leaning solely on Dr. Zarqa's paper (p. 41, para 3). Though Dr.
Zarqa's paper helps to understand the role that the rate of return can play in Islamic
economics, a number of questions are still unresolved. The author did not provide an
objective analysis. It is to be noted, however, that while discounting future values to
present value (PV) involves a clear choice between present and future consumption
involving the welfare of the future generation, it is not only an economic choice, but also
a moral and ethical choice rooted in the Shari’ah. Thus expected rate of financial return
may not always be the true guide to appropriate use of discount rate. Even the secular
economists advocate the use of zero interest rate for discounting the future flows of costs
and benefits in respect of government projects. Besides, at an operational level, the proper
discount rate (i.e., (i) in the equation of PV method) is not some form of interest but the
marginal rate of return. Using the market rate of interest as discount rate is indeed a very
special case, as it is based on the assumption of perfect capital market. Seen in this light
the author's exposition of this issue is considered to be inadequate. So is the case with his
treatment of other issues such as 100% reserves (p. 46, para 3), Murabaha (p. 137, para 2),
Bai Mu'ajjal (p. 139) and investment Auctioning (p. 149, para 2).
(1) See reviewer's article: “Indexation in an Islamic Economy: Problems and Prospects” in the Journal of
Development Studies, vol. iv, 1981, Institute of Development Studies, NWFP Agricultural University,

Minggu, 25 Oktober 2009

krisis global

DAMPAK KRISIS GLOBAL DALAM PEREKONOMIAN

A. PENDAHULUAN
Krisis global merupakan dilema yang sedang dihadapi bangsa Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Ini merupakan dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap perubahannya. Kadang sistem ekonomi dunia naik, kadang sistem perkonomian merosot tajam. Hal inilah yang memberikan dampak dan gejolak yang cukup besar pada kehidupan dunia. Dampak langsung dari krisis ini adalah melonjaknya harga kebutuhan pokok di masyarakat, dimana sebelumnya saja sudah menjepit masyarakat dan kini makin menekan sektor-sektor usaha yang menyediakan kebutuhan tersebut.
Untuk lebih memperdalam tentang dampak dan permasalahan dalam perekonomian, pemakalah akan menjelaskan tentang Apa, Mengapa, Dan Dampak Krisis Global pada bab selanjutnya.






























PENGERTIAN KRISIS GLOBAL

Webster mendefinisikan kata krisis sebagai suatu “masa yang gawat / kritis sekali” dan “suatu titik balik dalam sesuatu”. Istilah ini sering digunakan untuk suatu reaksi dari dalam diri seseorang terhadap suatu bahaya dari luar. Suatu krisis biasanya meliputi hilangnya kemampuan untuk mengatasi masalah selama sementara waktu, dengan perkiraan bahwa gangguan fungsi emosi dapat kembali seperti semula. Jika seorang mengatasi ancaman itu secara efektif, maka ia dapat kembali berfungsi seperti keadaan sebelum krisis.
Jadi kita melihat bahwa krisis mempunyai empat unsur yang jelas. Unsur yang pertama adalah kejadian yang penuh risiko. Ini adalah kejadian yang mengawali suatu reaksi berantai dari kejadian-kejadian yang mencapai puncaknya dalam suatu krisis. Unsur yang kedua adalah keadaan rentan. Tidak semua peristiwa ini membawa seseorang kepada suatu krisis. Kalau orang tidak rentan, pasti krisis itu tidak mungkin terjadi. Unsur ketiga adalah faktor yang menimbulkan krisis tersebut. Cara lain untuk mengatakan hal ini ialah bahwa ini adalah faktor terakhir yang ditambahkan pada faktor-faktor lain. Unsur yang terakhir adalah keadaan krisis yang aktif. Sedangkan arti istilah global dianggap berkaitan erat dengan “sedunia, secara masal, secara umum”. Jadi, krisis global adalah suatu keadaan gawat, kritis yang terjadi di seluruh dunia, atau mendapat dampak di seluruh dunia.


FAKTOR PENYEBAB KRISIS GLOBAL

Apakah yang menjadi penyebab krisis global ini?
Semua bermula dari sebuah masalah di negara adikuasa yaitu Amerika Serikat. Berikut penjelasannya. Bank - bank di Amerika (dan di luar Indonesia) sebenarnya secara garis besar ada 2 jenis, yang pertama disebut sebagai commercial bank contohnya Citibank, Bank of America, Wells Fargo. Bank ini bekerja seperti pada bank-bank yang dikenal di Indonesia yaitu menerima deposito dari masyarakat dan kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit misalnya kredit usaha, kredit modal kerja, kredit KPR, kredit mobil, kartu kredit, student loan dan lain sebagainya. Yang kedua ada yang disebut sebagai investment bank contohnya Goldman Sachs, Lehman Brothers, Merril Lynch, Morgan Stanley.
Ada 3 jenis kegiatan utama bank - bank ini yaitu investment banking, sales and trading dan research, yang menjadi tonggak utama kecanggihan pasar modal di Amerika Serikat.
Setiap bentuk usaha memerlukan modal, baik dalam bentuk modal investasi maupun modal kerja.Di Amerika ada 2 cara untuk mendapatkannya, pertama kita bisa meminjam ke bank commercial dan cara yang kedua adalah dengan metode securitization yang dijalankan oleh divisi investment banking. Dalam proses investment banking ada 2 cara untuk mendapatkan modal. Yang pertama adalah dengan menjual saham kepada publik dengan proses IPO. Dan yang kedua adalah dengan meminjam kepada public dengan menerbitkan bond (surat utang). Selain perusahaan - bentuk badan hukum lain seperti pemerintah dan pemerintah daerah juga bisa menerbitkan surat utang ini (misalnya Surat Utang Negara). Proses ini dilakukan oleh perusahaan dengan dibantu oleh investment bank.
Dengan semakin canggihnya financial engineering di Amerika, para manajer keuangan di sana menjadi semakin kreatif. Timbul suatu ide bagaimana kalau pada kredit-kredit rumah seperti KPR itu dilakukan proses securitization? Dengan kata lain kalau sebelumnya perusahaan yang menerbitkan bond setiap bulan misalnya harus mencicil hutangnya kepada masyarakat - dengan analogi yang sama - pembayaran cicilan rumah di Amerika yang tadinya merupakan hak dari bank umum sekarang dipaketkan/securitized oleh divisi investment banking dari investment bank dan diperjualkan oleh divisi sales & tradingnya kepada publik.Proses securitization ini banyak dilakukan oleh Lehman Brothers dan Merril Lynch dan paket “surat berharga” tersebut diperjualkan ke seluruh dunia.Termasuk bank-bank di Eropa dan Asia - (serta Indonesia). Mengapa karena surat berharga ini menjadi salah satu alternatif investasi yang dilakukan oleh perusahaan - perusahaan pengelola keuangan dunia? Misalnya perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk premi asuransi. Kemudian perusahaan ini menginvestasikan uangnya dengan membeli berbagai macam saham, bond, komodities, real estate dan lain sebagainya. Celakanya banyak dari uang-uang ini dibelanjakan dalam bentuk surat berharga yang berbasiskan pembayaran kredit KPR di Amerika ini. Krisis terjadi pada saat nilai surat-surat berharga ini menjadi nol alias valueless. Selama para pemilik rumah di Amerika bisa bayar cicilan rumah - ya semuanya akan berjalan lancar. Lalu mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini karena suku bunga di Amerika Serikat sangat rendah selama bertahun-tahun. Begitu rendahnya sehingga memicu orang untuk ramai-ramai untuk membangun rumah. Dengan harapan rumahnya bisa dijual kembali untuk mendapatkan uang. Jadi para penduduk Amerika mengajukan kredit KPR ke bank - bangun rumah - harga rumah naik - jual rumah - bayar hutang - mendapatkan profit. Kalau tidak sanggup dapat KPR bisa dapat fasilitas subprime mortgage (bunga lebih tinggi dari normal). Saking ramainya orang-orang membangun rumah - stok rumah di Amerika menjadi oversupply. Harga rumah turun. Akibatnya ramai-ramai orang mengajukan default alias bangkrut. Bank - bank sekarang mendapatkan begitu banyak aset yang nilainya jatuh dan kehilangan sumber pendapatan kas. Surat berharga nilainya menjadi nol karena arus kas yang timbul dari cicilan rumah tidak ada lagi. Amerika rontok seluruh dunia kebagian.


DAMPAK KRISIS GLOBAL


Dampak terhadap seluruh dunia
Ekonomi – Industri Dagang
Amerika Serikat karena supermarket dan butik-butik pakaian di negeri itu sedang membanting harga guna menyiasati turunnya daya beli konsumen akibat tekanan krisis keuangan. Lalu lintas pengiriman barang turun drastis akibat kekhawatiran tidak laku sehingga tak bisa dilunasi para pengelola toko. Para pengelola pasar swalayan dan butik pakaian di AS tengah berjuang keras untuk meraih untung di masa liburan yang biasanya mengambil 20% dari seluruh volume penjualan tahunan toko-toko pakaian di AS.

Internet
Krisis ekonomi global telah menimbulkan kepanikan bagi banyak orang. Trafik Internet pun seketika melejit karena masyarakat beramai-ramai menyerbu internet untuk memantau berita perkembangan ekonomi dan mencari tips untuk menyelamatkan investasi dan menghemat biaya hidup. Berbagai macam situs yang menyajikan informasi ekonomi seperti Wall Street Journal dan Yahoo Finance dipadati pengunjung. Orang tidak hanya terpaku pada merosotnya saham tapi juga berusaha menanyakan apa yang sedang terjadi, dan bagaimana imbasnya bagi mereka. Orang-orang ramai membicarakan tentang uang tunai, keuangan dan berbagai masalah keuangan lainnya. Google mencatat bahwa pencarian yang berkaitan dengan saham mengalami peningkatan hampir tiga kali lipat pada bulan September.


DAMPAK KRISIS GLOBAL BAGI INDONESIA

Saham
Dengan penutupan Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Rabu, 8 November 2008, Ketika itu kan Econit dalam Economic Outlook menyebut tahun 2008 sebagai ‘Tahun Balon’ (Year of The Bubbles), bahwa akan terjadi koreksi dan gelembung finansial akan pecah.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, BEI untuk pertama kalinya dalam sejarah melakukan penghentian perdagangan saham, karena penurunan indeks yang besar, yakni mencapai 10,30%. Suspensi perdagangan pada sekitar pukul 11.06 WIB, Rabu 8 November 2008, karena IHSG turun 168,052 poin jadi 1.451,669. Selain masalah di pasar bursa, ekonomi Indonesia juga mengalami pengaruh akibat kurs rupiah yang terus melorot, dan pada perdagangan di valuta hari Rabu (8/10) sempat menyentuh angka Rp9.700 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ini merupakan dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia akibat krisis industri keuangan AS yang berimbas kepada krisis ekonomi global.
Ekspor
Krisis ekonomi global memang membuat banyak pesanan produk ekspor asal Indonesia dihentikan atau ditunda pengirimannya. Tapi di sisi lain, harga sejumlah produk ekspor Indonesia justru naik. Salah satunya produk teh hitam asal Desa Kaligua di Brebes, Jawa Tengah. Harga teh hitam memang naik menjadi US$ 12 per kilogram. Sebelum krisis ekonomi global, harga teh hitam hanya US$ 9 per kilogram. Meski demikian, jika krisis ekoniomi global terus berlanjut, bukan tak mungkin daya beli masyarakat luar negeri ikut merosot. Oleh karena itu, PT Perkebunan Nasional IX berupaya menurunkan biaya produksi. Salah satunya mengganti bahan bakar minyak menjadi kayu bakar. Saat ini, 85% hasil Kebun Teh Kaligua yang berada di lereng Gunung Slamet diekspor ke Eropa, Amerika, dan Timur Tengah. Pabrik Teh Kaligua memproduksi sekitar 4,2 ton teh per bulan yang dipetik dari lahan teh seluas 480 hektare.







PERAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI KRISIS GLOBAL


PERAN MASYARAKAT

Sebagai warga negara yang baik dan tidak ingin terkena imbas dari krisis global, mungkin kita dapat melakukan hal-hal kecil yang sekiranya dapat menghadapi krisis global, seperti mengurangi jalan-jalan ke Mall, Supermarket, sebab nafsu belanja kadang timbul dari tempat ini, padahal kita tahu bahwa harga-harga sedang mengalami peningkatan terutama harga barang elektronik.
Rencanakan belanja hemat, cacat yang akan dibeli sebelum belanja, belanja di pasar tradisional, beli produk lokal, buah lokal, makanan lokal, mainan anak-anak buatan lokal.
Rubah kebiasaan naik mobil, sepeda motor, atau kendaraan bermotor lainnya, karena harga BBM yang naik dan tidak stabil dan jumlahnya selalu menurun dan tidak bisa diperbaharui.
Edukasi finansial diperlukan masyarakat dalam rangka menghadapi krisis ekonomi global. Gaji dan semua income jangan dibelikan investasi lagi. Pegang cash. Akumulasi cash dalam bentuk hard cash yaitu rekening tabungan (yang bisa ditarik dengan ATM). Investasi tunda dulu. Untuk deposito masukkan ke bank yang aman yaitu bank pemerintah.
Lebih aktif di koperasi. Karena inilah bentuk investasi yang aman dan dapat mensejahterakan anggotanya. Koperasilah yang sesuai dengan falsafah bangsa.


PERAN PEMERINTAH

Presiden
Maraknya kasus krisis keuangan Amerika Serikat menyebabkan masalah global keuangan dunia. Untuk mengatasi hal itu, Presiden Indonesia memberikan sepuluh arahan, dan beliau tetap optimis “Ekonomi Asia akan tetap Oke”. Oleh karena itu Beliau menyuruh kita untuk “Don’t Worry Be Happy”. Seperti disampaikan Presiden sejak Senin, 6 Oktober 2008, beliau kembali meminta agar pelaku pasar tetap tenang, rasional, berpikir jernih sambil berusaha mencari jalan keluar agar Indonesia tidak terganggu dampak krisis keuangan global. SBY juga mengingatkan, kondisi pasar modal hanya mempengaruhi, tetapi tidak menggambarkan seluruh situasi perekonomian Indonesia. Presiden meminta dukungan dari semua pihak agar tenang dan berpikir jernih bersama pemerintah, Bank Indonesia (BI) dan dunia usaha untuk memastikan bahwa pengaruh krisis global terhadap perekonomian Indonesia dapat diminimalkan. Selaku Presiden, SBY berjanji untuk tetap memprioritaskan program-program perlindungan bagi rakyat dan memproteksi ekonomi rakyat. Presiden menjelaskan, program untuk melindungi ekonomi rakyat pada 2008 dianggarkan Rp 290 triliun. Dari jumlah itu, sudah dikucurkan Rp 173 triliun selama periode Januari sampai Oktober 2008. Presiden menambahkan, sektor riil di negara mana pun pasti terpengaruh oleh krisis keuangan global. Namun, pemerintah dan dunia usaha tetap berusaha agar sektor riil di Indonesia tetap bergerak.
Berikut ini, sepuluh arahan / sepuluh jurus dari SBY :
1) Semua kalangan tetap optimis, dan bersinergi menghadapi krisis keuangan, untuk memelihara momentum pertumbuhan dan mengelola serta mengatasi dampak krisis itu. “Kita tidak seharusnya panik.
Mari kita jaga kepercayaan masyarakat. Insya allah kita bisa atasi”.
2) Tetap pertahankan nilai pertumbuhan enam persen yang ditargetkan tahun ini. Yang perlu dijaga, ujar Presiden adalah komponen permintaan, konsumsi , pembelanjaan pemerintah, investasi, ekspor dan impor.“Mari kita manfaatkan perekonomian domestik dan mengambil pelajaran dari krisis tahun 1998 dimana sabuk pengaman perekonomian domestik adalah sektor UMKM, pertanian, sektor informal”.
3) Optimalisasi APBN 2009 untuk memacu pertumbuhan dan membangun social safety net dengan sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.
4) Dunia usaha khususnya sektor riil harus tetap bergerak meskipun ekspansi bisa berkurang akibat krisis ini. “Pajak dan penerimaan negara tetap terjaga supaya pengangguran tidak bertambah”. Kewajiban BI dengan jajaran perbankan adalah mengembangkan kebijakan agar kredit dan likuiditas tersedia agar sektor riil bergerak. Kewajiban pemerintah mengeluarkan kebijakan regulasi iklim dan insentif agar sektor riil tetap bergerak. “Kewajiban swasta lebih adaptif dan terus mempertahankan kinerja, tetap mencari peluang dan share the hardshift”.
5) Semua pihak agar cerdas menangkap peluang untuk melakukan persaingan dan kerjasama ekonomi dengan negara sahabat.
“Ekonomi asia akan tetap oke, pasar di AS dan Eropa akan lebih tertutup dan melemah untuk ekspor. Bikin produk indonesia lebih kompetif”.
6) Galakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar domestik akan bertambah kuat. “Menteri berikan insentif dan disinsentif agar kita tetap gunakan produksi dalam negeri. Cegah dumping barang luar negeri belok ke pasar dalam negeri”
7) Perlunya penguatan kerjasama lintas sektor pemerintah, Bank Indonesia, dunia perbankan serta sektor swasta.
8) Tingkatkan sikap profesionalisme. Jajaran pemerintah khususnya memperkokoh sinergi dan kemitraan atau partnership dengan jajaran perbankan dan swasta. “Cegah dan hilangkan buruk sangka atau kecurigaan.
Semua berperan semua penting. Kalau ada masalah selesaikan dengan baik”
Kerja Sama dalam menghadapi masalah. Semua kalangan diminta menghindari sikap egosektoral dan memandang remeh masalah yang dihadapi. “Saya tidak bisa terima kalau tidak ada solusi dan jalan keluar. Betapapun penting dan kuatnya tidak akan bisa berjalan sendiri”
9) Tidak melakukan langkah non partisan. Berkaitan dengan pada 2008 dan 2009 merupakan tahun politik dan tahun pemilu, namun Presiden meminta semua kalangan tak melakukan langkah non partisan. Untuk kepentingan rakyat dan untuk atasi masalah ini.
10) Komunikasi yang bijak. Semua pihak diminta melakukan komunikasi dengan tepat dan bijak kepada rakyat. “Jangan beri angin surga, dont wory be happy. Tetap ajak cegah rakyat waspada”.

TANGGAPAN PENULIS DALAM MENGHADAPI KRISIS GLOBAL

Sebagai isan intelektual dan krisis, kita harus menyadari dampak dan gejolak yang hebat dari krisis global. Krisis global ini bukan merupakan masalah negara saja, tapi kita sebagai rakyat yang terkena imbas dari krisi ini juga harus mengambil bagian dalam mencari pemecahan persoalan ini.
Dalam persoalan sehari-hari seringkali kita terlalu asyik pada pemenuhan keinginan dan bukan pemenuhan kebutuhan, Sebagai kaum intelelek sebaiknya kita selektif dalam pemenuhan kebutuhan.
Saran bagi pemerintah, hendaknya lebih memperhatikan sektor usaha kecil menengah dan tidak hanya memperhatikan perusahaan besar, BUMN dan jasa umum. Sektor usaha kecil merupakan salah satu sumber penghasilan masyarakat kecil, yang jika diberdayakan akan menghasilkan lapangan pekerjaan yang memadai untuk masyarakat. Usaha kecil memungkinkan untuk menarik investor untuk menanamkan modalnya, sehingga mayarakat akan lebih mandiri dan akan meringankan beban pemerintah dalam menangani persoalan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dan selanjutnya pemerintah btinggal menjalankan progaram kerja untuk mengatasi krisis global sehingga masyarakt dan pemerintah menjadi patner dalam mengatasi masalah ini.


NEWS.............
Indonesia Tak Siap Hadapi Krisis Global
Rabu, 26 Maret 2008 | 19:11 WIB
TEMPO Interaktif, Tangerang:Pemerintah dinilai tidak siap menghadapi krisis ekonomi. Steve Hanke, Ekonom Senior dari John Hopkins University mengatakan, kebijakan ekonomi tahun ini tidak konsisten dan tidak realistis. "Indonesia tidak siap menghadapi krisis," katanya dalam kuliah umum di Universitas Pelita Harapan, Tangerang.

Contohnya, pemerintah sudah menurunkan target inflasi menjadi 5 plus minus 1 persen. Namun di sisi lain Bank Indonesia berencana menurunkan tingkat suku bunga acuan. "Target inflasi sudah turun, Bank Indonesia seharusnya tidak berencana menurunkan suku bunga," kata dia. Hanke menyarankan Bank Indonesia menggunakan dana asing yang masuk ke dalam negeri untuk menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Senada dengan itu, Mantan Gubernur Bank Indonesia Adrianus Mooy mengatakan BI rate sebaiknya tetap dipertahankan pada level 8 persen selama beberapa bulan ke depan. Bank Indonesia seharusnya bisa
memanfaatkan momen selisih suku bunga yang cukup besar dengan Bank Sentral "BI sebaiknya serius dengan target inflasi. Stop memikirkan penurunan suku bunga," katanya. Amerika Serikat Federal Reserve, untuk memasukkan aliran dana asing ke Indonesia.

SORTA TOBING
Imbas Krisis Global Sampai Kapan ?
Sab, Okt 11, 2008
Tajuk
Ketua Presidium Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Palar Batubara mempertanyakan sikap menteri di Kabinet Indonesia Bersatu menghadapi krisis keuangan global yang terkesan amat tidak punya konsep jelas. Hanya pintar berteori, membuat konsep-konsep ekonomi bila minim implementasinya.
Krisis ekonomi global telah terjebak pada sistem kapitalisme internasional sehingga sampai saat ini sepertinya tak ada persiapan jelas menghadapi krisis keuangan global yang berawal dari runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat. Mereka yang krisis kita yang ’’hancur-hancuran’’ seperti pada bursa saham sehingga menghentikan operasionalnya.
Seharusnya seorang Presiden RI sesungguhnya tak perlu berbicara masalah-masalah teknis seperti itu dalam kaitan tentang upaya menghadapi krisis keuangan global. Sertahkan pada ahlinya. Presiden memberi kebijakan dan sungguh-sungguh menjalankannya agar imbas krisis global tidak semakin parah dan berlangsung tahunan, seperti krisis 1998 lalu yang hingga kini masih dirasakan masyarakat im basnya.
Boleh saja Presiden Yudhoyono menyampaikan 10 langkah untuk menghadapi masalah tersebut. Empat di antaranya, yaitu gencarkan penggunaan produksi dalam negeri, tangkap peluang perdagangan internasional yang dapat dimanfaatkan, perlunya pemerintah menyatukan langkah strategis dengan Bank Indonesia (BI) serta jangan lakukan politik non partisan hadapi krisis itu.
Bank Indonesia (BI) katanya sudah menyiapkan cadangannya untuk menahan jatuhnya nilai rupiah akibat runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat yang dipastikan berdampak pada banyak negara, termasuk Indonesia.
Kalau tidak ada upaya sungguh-sungguh maka krisis ekonomi jilid-2 seperti tahun 1998 dipastikan akan terulang lagi. Deputi Gubernur BI Miranda Goeltom bertekad, pihaknya berusaha sekuat tenaga untuk menstabilkan nilai rupiah yang sempat anjlok, menembus Rp9600 per dolarnya kemarin.
Ajakan kepala negara agar masyarakat tidak panik menurut hemat kita sangat perlu dibuktikan. Masalahnya, kalau belum apa-apa seperti saat ini rupiah makin melemah lantas masyarakat memborong dolar maka yang terjadi adalah kepanikan di pasar uang. Di sinilah BI berperan untuk menstabilkan rupiah agar jangan sampai menembus Rp10.000 per dolarnya sebagai ambang batas toleransi. Kalau level Rp 10.000 itu terlewati maka dampaknya akan sangat luar biasa, karena masyarakat tidak akan percaya lagi dengan pemerintah dan BI.
Walaupun sudah ada antisipasi dari pemerintah dan BI, namun tidak ada salahnya masyarakat juga melakukan antisipasi untuk menyelamatkan aset dan keuangannya, karena bisa saja cadangan devisa yang dianggarkan pemerintahan SBY-JK ternyata hanya hitungan di atas kertas belaka sehingga tidak mampu menahan lajunya serangan krisis keuangan global.
Dampaknya, pertahanan pemerintah ikut rontok, dan kalau hal itu terjadi maka kehidupan rakyat semakin parah. Sungguh ’apes’ nasib rakyat kecil yang kehidupannya sudah sangat parah sekarang ini bila imbas krisis keuangan global sampai menghancurkan perekonomian Indonesia seperti satu dasawarsa lalu.

DAFTAR PUSTAKA

http://blogzulkifli.wordpress.com/2008/11/11/krisis-global/
http://syopian.net/blog/?=684